Sejarah Konflik Israel-Palestina Hingga Perang 2023

Kronologi Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu isu paling rumit dan berlarut-larut dalam sejarah modern. Konflik ini melibatkan sejumlah peristiwa penting, dimulai dari awal abad ke-20:

  1. Deklarasi Balfour (1917): Inggris, selama Perang Dunia I, berjanji untuk mendirikan sebuah rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina, yang saat itu dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman​​.
  2. Migrasi Besar-Besaran Yahudi (1918-1947): Populasi Yahudi di Palestina meningkat dari 6% menjadi 33% dalam periode ini, yang memicu ketegangan dan konflik dengan penduduk Palestina asli​​.
  3. Rencana Pembagian PBB (1947): PBB mengadopsi Resolusi 181, membagi Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi. Namun, rencana ini menimbulkan ketidakpuasan di kedua pihak​​.
  4. Pembersihan Etnis dan Perang Enam Hari (1948 dan 1967): Lebih dari 750.000 Palestina terusir dari rumah mereka oleh milisi Zionis pada 1948, dan 300.000 lagi pada 1967​​.
  5. Oslo Accords (1993-1995): Upaya perdamaian pertama antara kedua pihak, namun terhambat oleh peningkatan permukiman Israel di tanah Palestina​​.
  6. Pembatasan dan Blokade (2007-sekarang): Israel memberlakukan blokade terhadap Gaza sejak 2007, membatasi mobilitas dan akses kebutuhan dasar bagi penduduk Palestina​​.

Perang 2023: Titik Didih Baru Konflik

Konflik mencapai titik kritis dengan serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023:

  1. Serangan Awal Hamas: Serangan ini direspons sebagai reaksi terhadap okupasi Israel, blokade Gaza, kekerasan pemukim Israel, dan penahanan ribuan Palestina​​.
  2. Tanggapan Israel: Serangan balasan Israel mencakup serangan udara dan invasi darat ke Gaza, menargetkan basis Hamas dan infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit, yang menimbulkan korban besar di kalangan warga sipil​​​​​​​​.

Perspektif Akademis dan Jalan Menuju Perdamaian

Diskusi di antara para akademisi menekankan kompleksitas konflik dan tantangan menuju perdamaian:

  1. Kritik Terhadap Strategi Kedua Pihak: Para panelis menyoroti pentingnya memisahkan tindakan Hamas dari penderitaan rakyat Palestina di Gaza, dengan menekankan bahwa keputusan Hamas untuk menyerang adalah taktik terpisah​​.
  2. Peran Netanyahu: Netanyahu dan pemerintahannya dikritik karena menciptakan kondisi yang menghambat kemajuan perdamaian, seringkali menggunakan Hamas untuk menopang strategi politik mereka sendiri​​.
  3. Peran Komunitas Internasional: Saran diberikan bahwa koalisi regional yang melibatkan Mesir, Yordania, dan Arab Saudi mungkin dapat mengambil alih kontrol Gaza sementara, dalam usaha memperkuat Otoritas Palestina dan mendorong solusi dua negara​​.
  4. Pentingnya Perubahan Konkret: Amaney Jamal, Dekan Sekolah Urusan Publik dan Internasional Princeton, menyerukan kepada pemimpin politik untuk mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi, serta menghukum pemimpin yang menyebarkan kebencian dan kekerasan​​.