Kronologi Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina
Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu isu paling rumit dan berlarut-larut dalam sejarah modern. Konflik ini melibatkan sejumlah peristiwa penting, dimulai dari awal abad ke-20:
- Deklarasi Balfour (1917): Inggris, selama Perang Dunia I, berjanji untuk mendirikan sebuah rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina, yang saat itu dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman.
- Migrasi Besar-Besaran Yahudi (1918-1947): Populasi Yahudi di Palestina meningkat dari 6% menjadi 33% dalam periode ini, yang memicu ketegangan dan konflik dengan penduduk Palestina asli.
- Rencana Pembagian PBB (1947): PBB mengadopsi Resolusi 181, membagi Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi. Namun, rencana ini menimbulkan ketidakpuasan di kedua pihak.
- Pembersihan Etnis dan Perang Enam Hari (1948 dan 1967): Lebih dari 750.000 Palestina terusir dari rumah mereka oleh milisi Zionis pada 1948, dan 300.000 lagi pada 1967.
- Oslo Accords (1993-1995): Upaya perdamaian pertama antara kedua pihak, namun terhambat oleh peningkatan permukiman Israel di tanah Palestina.
- Pembatasan dan Blokade (2007-sekarang): Israel memberlakukan blokade terhadap Gaza sejak 2007, membatasi mobilitas dan akses kebutuhan dasar bagi penduduk Palestina.
Perang 2023: Titik Didih Baru Konflik
Konflik mencapai titik kritis dengan serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023:
- Serangan Awal Hamas: Serangan ini direspons sebagai reaksi terhadap okupasi Israel, blokade Gaza, kekerasan pemukim Israel, dan penahanan ribuan Palestina.
- Tanggapan Israel: Serangan balasan Israel mencakup serangan udara dan invasi darat ke Gaza, menargetkan basis Hamas dan infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan rumah sakit, yang menimbulkan korban besar di kalangan warga sipil.
Perspektif Akademis dan Jalan Menuju Perdamaian
Diskusi di antara para akademisi menekankan kompleksitas konflik dan tantangan menuju perdamaian:
- Kritik Terhadap Strategi Kedua Pihak: Para panelis menyoroti pentingnya memisahkan tindakan Hamas dari penderitaan rakyat Palestina di Gaza, dengan menekankan bahwa keputusan Hamas untuk menyerang adalah taktik terpisah.
- Peran Netanyahu: Netanyahu dan pemerintahannya dikritik karena menciptakan kondisi yang menghambat kemajuan perdamaian, seringkali menggunakan Hamas untuk menopang strategi politik mereka sendiri.
- Peran Komunitas Internasional: Saran diberikan bahwa koalisi regional yang melibatkan Mesir, Yordania, dan Arab Saudi mungkin dapat mengambil alih kontrol Gaza sementara, dalam usaha memperkuat Otoritas Palestina dan mendorong solusi dua negara.
- Pentingnya Perubahan Konkret: Amaney Jamal, Dekan Sekolah Urusan Publik dan Internasional Princeton, menyerukan kepada pemimpin politik untuk mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi, serta menghukum pemimpin yang menyebarkan kebencian dan kekerasan.